Metode Penelitian Komunikasi " Naratif "


        Narasi (Narative) adalah sebuah metode penelitian komunikasi yang menyerap ilmu-ilmu sosial yang terkandung di dalam nya. Metode ini memiliki keunggulan yang dapat membuat kita di permudah dalam memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia  dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari (baik dalam bentuk gosip, berita, fakta, analisis, dan sebagainya, karena semua itu dapat disebut sebagai ‘cerita’). Fokus penelitian dari metode ini adalah cerita-cerita yang didengarkan di dalam pengalaman kehidupan manusia sehari-hari. Di dalam cerita/narasi, kompleksitas kultural kehidupan masyarakat dapat ditangkap dan dituturkan di dalam bahasa. Dalam arti ini cerita bukan hanya menjadi cerita saja, melainkan menjadi bagian dari penelitian untuk memahami manusia dan dunianya.

        Setiap manusia memiliki cerita. Cerita itu bermacam-macam. Di dalam cerita terkandung nilai-nilai yang mencerminkan pandangan dunia manusia itu, sekaligus cerita-cerita yang membentuk identitasnya sebagai manusia. Metode naratif hendak memahami kehidupan manusia yang memang penuh dengan ‘cerita’. Pendekatan ini lebih bersifat holistik, detil, dan bersifat sangat kualitatif guna memahami kehidupan manusia yang terus berubah sejalan dengan perubahan waktu. Tentu saja bagi para ilmuwan yang menganut positivisme-saintifik (yang mempercayai keketatan metode penelitian tradisional dan), pendekatan ini tampak tidak ilmiah. Akan tetapi tuduhan itu tidaklah tepat. Identitas manusia dibentuk dan berkembang seturut dengan cerita yang diajarkan kepadanya, sekaligus cerita yang dituturkan di dalam hidupnya. Bahkan bisa dikatakan seluruh nilai-nilai yang diajarkan (terutama di indonesia) berbasis pada tradisi oral yang mengedepankan cerita. “Narasi, dan cerita yang ditangkapnya”, demikian tulis WM, “menawarkan penelitian yang memberi penegasan tentang pengertian-pengertian yang tidak dapat ditemukan oleh model penyelidikan tradisional.

        Di dalam bukunya WM mengajukan tiga hal yang kiranya perlu untuk memahami inti dari metode naratif. Tiga hal itu dirumuskannya dalam tiga pertanyaan. Mengapa naratif? Mengapa cerita yang dijadikan sebagai titik tolak penelitian? Banyak ilmuwan berpendapat bahwa pengalaman manusia terkait dengan cerita, yakni cerita yang diajarkan kepadanya, maupun cerita tentang hidupnya. Inilah pertanyaan pertama yang perlu terlebih dahulu dijawab. Pertanyaan kedua adalah apa keunggulan metode naratif di dalam penelitian tentang manusia? Untuk mengetahui keunggulan metode ini, kita perlu memahami dasar filosofis dan metodis di baliknya. Saya akan coba melakukannya (dengan mengacu pada pemikiran WM) pada bab berikutnya.

Gambar terkait

        Pertanyaan ketiga adalah aspek-aspek apa sajakah yang perlu dikuasai di dalam model penelitian naratif? Seperti metode penelitian lainnya, metode penelitian naratif memiliki prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip itu haruslah diperhatikan dan dikuasai terlebih dahulu sebelum memulai penelitian. Dengan menjawab tiga pertanyaan itu, maka metode penelitian naratif dapatlah dirumuskan sebagai metode penelitian yang sifatnya koheren dan integral. Di dalam cerita-cerita yang diajarkan secara turun temurun terkandung nilai-nilai yang membentuk pribadi seseorang. Dengan memahami cerita-cerita turun temurun, dan cerita-cerita lainnya yang kita dengar ataupun tuturkan di dalam kehidupan kita, dalam kaitan dengan cerita hidup manusia nyata yang beraktivitas di dalam dunia, kita bisa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya terlupakan di dalam metode penelitian tradisional.


Mengapa menggunakan Metode Naratif?


        Menurut WM sebelum memulai penelitian, ada baiknya kita merumuskan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dapat digunakan untuk meneliti. Di dalam metode naratif, pertanyaan-pertanyaan untuk penelitian yang biasa digunakan adalah;
  • Cerita Macam Apa Yang Terakhir Kali Kau Dengar ???
  • Kapan Kamu Mendengarnya ???
  • Apa yang kamu ingat tentang cerita tersebut ???
  • Cerita Macam Apa Yang Terakhir Kali Kamu Ceritakan ???
  • Kepada Siapa Kamu Menceritakannya ???
        Tentu saja pertanyaan-pertanyaan tersebut sangatlah mudah dijawab (selama anda tidak memiliki masalah dengan memori anda). Hidup manusia dipenuhi denga cerita, baik cerita yang diajarkan orang tua, cerita dari teman, cerita tentang teman, dan sebagainya. Seringkali cerita-cerita itu tidak ditujukan untuk kita, tetapi kita secara tidak langsung mendengarkan, ketika teman sedang bercerita, atau orang yang duduk di sebelah kita di kendaraan umum. Bahkan dapat juga dikatakan, bahwa cerita adalah bagian integral di dalam proses komunikasi antar manusia. Aktivitas harian manusia dilalui dengan berpindah dari satu cerita ke cerita lainnya (cerita tentang naiknya harga saham, sampai cerita tentang perang di negara lain). Cerita-cerita itu seringkali berlalu begitu saja. Namun kita juga lupa, bahwa cerita-cerita itu mempengaruhi cara pandang kita terhadap dunia. Cerita-cerita itu juga secara langsung mempengaruhi identitas kita sebagai manusia, dan sebagai bagian dari suatu kelompok.


        Apa pentingnya memahami cerita-cerita yang dituturkan ataupun didengarkan oleh orang lain? Yang penting untuk penelitian adalah memahami, bagaimana cerita-cerita itu mempengaruhi pandangan dunia sekaligus identitas orang-orang yang menuturkan ataupun mendengarkannya. Di sisi lain cerita-cerita itu seringkali memiliki nilai terpendam yang memiliki aspek pendidikan (walaupun bukanlah pendidikan langsung ataupun pendidikan formal). Banyak cerita memililiki nilai pendidikan yang tinggi. Cerita-cerita itu dituturkan atau dibacakan kepada kita dengan tujuan membentuk suatu sikap hidup tertentu. Biasanya cerita-cerita itu merupakan bagian dari suatu mata pelajaran di sekolah. Namun cerita yang kita dengar dan tuturkan di dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya juga memiliki nilai didik yang tinggi. Relasi yang kuat antara narasi dan edukasi (pendidikan) di dalam aktivitas manusia inilah yang kiranya menjadi titik tolak penelitian metode naratif. Nilai edukasi yang ditawarkan di dalam narasi tidak hanya soal nilai-nilai kehidupan sehari-hari, tetapi juga tentang ilmu pengetahuan, kedokteran, hukum, politik, ekonomi, dan sebagainya.


        Di dalam tulisannya WM menyatakan dua kontribusi metode naratif di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial. Yang pertama metode naratif membantu menegaskan sejarah dari kesadaran manusia. Metode naratif mau menganalisis cerita yang dituturkan maupun yang didengarkan orang sedari ia kecil. Namun begitu cerita tidak hanya membentuk manusia individual, tetapi juga manusia sebagai keseluruhan, yakni manusia sebagai spesies. Cerita (narasi) terkait dengan perkembangan manusia sebagai mahluk yang mampu berpikir. Ada banyak sekali cerita terkait dengan penemuan-penemuan yang sangat menentukan peradaban manusia, seperti di dalam filsafat, seni, ilmu pengetahuan, dan praktek politik-ekonomi-budaya. Di dalam cerita-cerita itu terkandung pemikiran dan nilai-nilai yang diajarkan oleh para pemikir terbesar sepanjang sejarah, seperti Hegel, Kant, Plato, Aristoteles, Marx, dan sebagainya. Ini adalah cerita mengenai perkembangan kesadaran manusia sebagai mahluk berpikir. Perkembangan yang tidak hanya memiliki sisi positif, tetapi juga sisi negatif, seperti perang, genosida, wabah, bencana alam, dan sebagainya.


        Yang kedua pada level individual, menurut WM, cerita adalah cerminan dari pribadi personal setiap orang. Di dalam cerita terkandung sejarah dan ingatan tentang masa kecil, remaja, dewasa, sampai masa tua seseorang. Kita bisa dengan mudah menemukan cerita-cerita semacam ini di dalam buku-buku biografi, autobiografi, studi kasus, dan sebagainya. Di dalam filsafat pendidikannya, John Dewey menggunakan narasi (cerita) sebagai titik tolaknya. Baginya cerita memiliki pengaruh besar di dalam perkembangan kesadaran diri manusia. Tidak hanya itu baginya, masyarakat manusia pada umumnya berkembang dengan berpijak pada tradisi oral (tutur cerita) yang sangat mengedepankan pendidikan melalui cerita. Maka dari itu cerita memiliki peran yang sangat penting di dalam pembentukan cara berpikir dan karakter manusia.


        Di dalam masyarakat yang memiliki tradisi oral yang sangat kuat, narasi memiliki peran penting di dalam proses pendidikan nilai. Tidak hanya itu narasi juga membentuk dimensi intelektual dan praktis dari orang-orang yang hidup di masyarakat tersebut. Narasi membentuk iklim komunikasi dan tindakan, sekaligus juga mempengaruhi dunia batin manusia yang terdiri dari pemikiran, perasaan, dan tujuan-tujuan personal dari tindakannya. Jika narasi memang memiliki peran yang begitu penting di dalam kehidupan, maka penelitian atasnya juga membantu kita untuk memperoleh pengertian lebih tentang iklim pendidikan di suatu masyarakat, baik pendidikan dalam bentuk keterampilan teknis, ataupun pendidikan yang sifatnya lebih teoritis yang sifatnya lebih membentuk pemikiran dan pandangan dunia (world view).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode Penelitian Komunikasi " Agenda Setting "